Pengikut

Selasa, 30 Oktober 2012

Setunggal atus seket..!


Ini kisah orang Sunda yang kebetulan sama sekali tidak mengerti bahasa Jawa dan gak mau nanya lagi. Suatu saat orang Sunda ini ingin membeli sesisir pisang untuk dimakan  sendiri di rumah. Ia mencoba membelinya di warung orang Jawa, dan  kebetulan orang Jawanya juga tidak begitu bisa bahasa Sunda.
Nah saat orang Sunda itu sudah sampai ke warung, lalu ia bertanya pada penjualnya berapa harga sesisir pisang itu. Walau ia sudah tahu harga umumnya sesisir pisang pada saat itu adalah seratus lima puluh rupiah.
“Berapa Bu, harga pisang ini…?”
“ Setunggal atus seket..” Kata Mbok pemilik warung itu dalam bahasa Jawa halus. Ia bilang setunggal atus seket yang artinya seratus lima puluh rupiah.  Dan harga umumnya memang segitu.
Tapi orang Sunda itu kaget mendengar kata-kata setunggal atus seket..walau ia sebenarnya nggak ngerti arti setunggal atus seket itu, ia sudah buruk sangka bahwa pemilik warung itu sudah memberi harga yang mahal untuknya. Sehingga ia pun urung membeli pisang di warung itu dengan alasan uangnya ketinggalan di rumah.
Sesampai di rumah, ia ditanya tetangganya.
“Kenapa nggak jadi beli pisang…?
“ Ah si orang Jawa itu ngasih harga kemahalan. Masa  harga pisang sesisir biasanya seratus lima puluh , ini orang Jawa ngasih harga katanya setunggal atus seket.. jadi aku urung beli.”
“ Boloho sia ( Bodoh kamu).  Kenapa nggak tanya dulu…? Setunggal atus seket teh, seratus lima puluh rupiah juga. Sarwa keneh. Sami mawon “ kata tetangganya yang mengerti bahasa Jawa menertawakan orang itu.
“Ah da kumaha, urang teh teu ngarti.( ah ya bagaimana, saya itu nggak ngerti)”
“ Makanya kalau nggak ngerti teh, tanya. “
“ Ah mun kitu, saya ke sana lagi deh untuk membeli pisang. Tadi juga, saya bilang uangnya ketinggalan..”


NB : Malu bertanya, sesat di jalan. 


( Rio Kelana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar