=Kenanganku saat masih tinggal di desa Sumur Kucing, di kec. Pasir Sakti , Lampung Timur.=
Ini adalah kisah dari
adik angkatku yang sebut saja namanya P anak orang Sunda. Kebetulan dusun yang
aku tempati mayoritas penduduknya orang Sunda. Dan di antara orang Sunda ada
beberapa kk dari suku Bugis, satu kk dari Palembang. Aku sendiri oleh orang
luar dusun dikira orang Sunda padahal aku asli orang jawa dari Jawa Timur.
Memang aku sudah merasa bagian dari penduduk kampung ini.
Awal ceritanya
begini, Si P yang baru pulang dari main di dusun lain dan hendak pulang ke
rumah, bertemu dengan anak suku Bugis yang sedang asyik bermain bola di depan
rumahnya dan tak sengaja bola itu berlari ke arah si P. Ketika mereka berdua
bertatap muka, dengan ramah si anak Bugis itu menyapa dengan bahasa Bugis..”
Luka ke bolaku……!” si P bengong karena tidak mengerti dengan apa yang diucapkan
anak Bugis itu. Tapi karena di depannya ada bola, dan dalam perkataan anak Bugis tadi ada bolanya, pikir P pastilah
maksud anak Bugis itu, ia disuruh menendang bola ke arahnya. Mungkin ia ingin
menjadi keeper….
” Baiklah..”
kata P. Dengan serta merta ia menendang bola kearah anak itu dengan keras dan
kebetulan mengenai muka, kontan si anak Bugis marah-marah .
“ Kenapa kau
menendang bola ke mukaku..?! “
“Katanya kamu
tadi nyuruh aku nendang bola...” kata si P merasa tidak bersalah.
“Aku tadi
berkata luka ke bolaku..maksudnya aku mengajak kamu main ke rumahku…bukan
menendang bola kemukaku” kata anak itu sewot
“ Aku tidak
mengerti. Kirain nyuruh nendang bola, ya
aku tendang... Maaf ya…?”
“ Iya tidak
apa.” Kemudian keduanyapun tersenyum dan saling memaafkan. Itulah perkenalan
pertama mereka yang berbeda bahasa.
Setelah itu mereka menjadi teman akrab dan saling mengenal. Kalau tidak saling mengenal, memang bisa
terjadi salah paham.
NB : Ada pepatah, tak kenal maka tak sayang.
(Rio Kelana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar