Wah , bagaimana ya
jika ada artis naik bus kota , lalu
ngamen? Hmm ……pasti menarik. Tapi sayang, yang naik bus kota ini bukan artis beneran
tapi artis palsu yang mencoba show dalam bus kota. Dan penumpang buspun
tahu kalau dia bukan artis, karena artis ini tidak dikenal baik wajah
ataupun namanya di jagad infotainment Indonesia. Boro-boro tingkat nasional,
tingkat RT saja dia tidak diakui. Penasaran? Mau tahu ceritanya kan..?
Nah, di sebuah jalan dari tanah tinggi menuju ke Kalideres Jakarta,
tampak seorang pemuda dengan tas gunung dipunggung yang penuh isi tapi dompet
kosong, berjalan tanpa tujuan yang jelas. Perut mulai lapar, uangpun tiada.
Tapi ia tetap terus berjalan dengan langkah pasti walau ia sebenarnya tidak
tahu akan kemana.
Tiba-tiba ia mendengar suara syahdu dari dalam
perutnya untuk minta diisi. Tak ayal lagi, oleh perut dilaporkan ke otak. Dan otakpun langsung merespon dengan cepat, karena kalau ini tidak segera diatasi, pusat
organisir badan ini juga bisa menjadi lemah dan lumpuh. Akhirnya diambil
keputusan ia harus naik ke bus jurusan Kalideres . Ia akan mencari uang di
sana.
Nyopet..? Ah, sorry.….. Malak..? Cari penyakit…. Ngemis? Wadoh ! Bisa terjadi bencana alam kalau
segagah dia sampai mengemis. Lalu….?
Pokoknya ada deh..
Pucuk dicinta, ulampun tiba. Datanglah yang di
tunggu-tunggu, bus dari arah tanah tinggi menuju Kalideres. Ia segera mencegat
dan naik ke dalamnya. Dan tentu saja permisi pada pak sopir bahwa ia
akan…..me…………nga…………men..!
Aku segera mengatur posisi dengan menyandarkan tasku
pada tiang depan bus. ( lho kok aku? Iya karena pemuda itu adalah aku, Rio Kelana yang sedang melanjutkan perjalanan tapi
gak punya uang). Setelah aku merasa nyaman. Kucoba untuk menebar sinyal pada
penonton sekalian ( maksudnya penumpang, red) tentu saja dengan bagi-bagi
senyum yang manis dan ramah secara gratis pada mereka. Setelah kurasa sinyal
itu sudah tersambung, kumulai menyapa mereka.
“ Yaah selamat pagi para penumpang, selamat berjumpa
dengan saya, pengamen jalanan yang akan menghibur anda sekalian dengan beberapa
buah lagu. Lagu pertama adalah….ke Jakarta aku kembali. ( lagu Koes Plus).
Selamat menikmati..”
Akupun segera menyanyikan sebuah lagu dari Koes Plus
itu dengan penuh penghayatan karena memang aku dari Tanah Tinggi rencananya mau
ke Jakarta.
Karena aku tidak membawa gitar dan juga tidak bisa
memainkan gitar, sebagai musik untuk pengiring lagu, aku menggunakan kedua
tanganku. Aku bernyanyi sambil bertepuk tangan, mirip guru TK yang sedang mengajak murid-muridnya bernyanyi. Dan aku berusaha untuk komunikatif dengan
penumpang agar mereka bisa terlarut dalam nyanyianku.
Alhamdulillah semua penonton, eh penumpang
memandangiku tanpa berkedip (aku nggak melihat kalau mereka berkedip). Gak ada
yang pura-pura tidur, baca Koran, atau memandang keluar jendela. Kecuali pak
sopir dan kondektur. Semua memandang ke arahku dengan serius dan tampak
menikmati lagu yang kunyanyikan.
Begini sayair lagunya:
“Di sana
rumahku, dalam kabut biru. Hatiku sedih di hari minggu.
Di sana kasihku
berdiri menunggu, di batas waktu yang tlah tertentu.
Ke Jakarta aku
kan kembaliii… walaupun apa yang kan terjadi….2X
Pernah kualami
hidupku sendiri. Temanku pergi dan menjauhi.
Kini kusadari ku
harus mencari atau tiada pernah dikenal lagi..
Ke Jakarta aku
kan kembaliii… walaupun apa yang kan terjadi….2X
Jakarta oh
Jakarta, ibukota..”
Waow, penonton terkesima melihat aku menyanyi. Dari
ibu-ibu yang ada di depanku, bapak-bapak yang pakai topi, sampai mbak-mbak dan
mas-mas yang duduk di bagian belakang begitu antusias melihat penampilanku. Aku
menyanyi dengan sepenuh hati dan separuh jiwa. Dengan penghayatan yang
benar-benar menghayati. Karena tujuanku adalah memberikan tontonan yang menarik
dan menghibur bukan mengemis atau minta
di kasihani.
Setelah aku menyanyikan beberapa buah lagu , akupun mengucapkan
selamat jalan dan doa untuk para penumpang sekalian agar selamat sampai tujuan
dan tak lupa terima kasih untuk pak sopir dan kondektur yang telah memberinya
kesempatan untuk tampil ke pentas mudah-mudahan rejekinya bertambah dan bisa
ketemu anak istri di rumah.
Saat aku berkeliling menyodorkan dompet (kantong plastic),
Alhamdulillah banyak juga penumpang yang
memberikan dana sehingga dompetku yang kosong kini sudah berisi lagi. Mereka tampak
puas dengan penampilanku. Bahkan beberapa penumpang di bagian belakang
nawarin rokok dan minta kenalan denganku.
Waduh, kayak artis nih…?
Dan setelah itu, akupun kembali melanjutkan
perjalanan.
Kemana….?
Mengikuti kata hati.
NB : sesuatu
yang dilakukan dengan hati, dapatnyapun …hati.
( Rio Kelana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar