Pengikut

Kamis, 01 November 2012

Artis di Bus Kota



Wah , bagaimana ya  jika ada artis naik bus kota , lalu  ngamen? Hmm ……pasti menarik. Tapi sayang,  yang naik bus kota ini bukan artis beneran tapi artis palsu yang mencoba show dalam bus kota. Dan penumpang  buspun  tahu kalau dia bukan artis, karena artis ini tidak dikenal baik wajah ataupun namanya di jagad infotainment Indonesia. Boro-boro tingkat nasional, tingkat RT saja dia tidak diakui. Penasaran? Mau tahu ceritanya kan..?
Nah, di sebuah jalan dari tanah tinggi  menuju ke Kalideres Jakarta, tampak seorang pemuda dengan tas gunung dipunggung yang penuh isi tapi dompet kosong, berjalan tanpa tujuan yang jelas. Perut mulai lapar, uangpun tiada. Tapi ia tetap terus berjalan dengan langkah pasti walau ia sebenarnya tidak tahu akan kemana.
Tiba-tiba ia mendengar suara syahdu dari dalam perutnya untuk minta diisi. Tak ayal lagi, oleh perut  dilaporkan ke otak. Dan  otakpun langsung merespon dengan cepat,  karena kalau ini tidak segera diatasi, pusat organisir badan ini juga bisa menjadi lemah dan lumpuh. Akhirnya diambil keputusan ia harus naik ke bus jurusan Kalideres . Ia akan mencari uang di sana.
Nyopet..? Ah, sorry.…..  Malak..? Cari penyakit…. Ngemis?  Wadoh ! Bisa terjadi bencana alam kalau segagah dia sampai mengemis. Lalu….?  Pokoknya ada deh..
Pucuk dicinta, ulampun tiba. Datanglah yang di tunggu-tunggu, bus dari arah tanah tinggi menuju Kalideres. Ia segera mencegat dan naik ke dalamnya. Dan tentu saja permisi pada pak sopir bahwa ia akan…..me…………nga…………men..!
Aku segera mengatur posisi dengan menyandarkan tasku pada tiang depan bus. ( lho kok aku? Iya karena pemuda itu adalah aku, Rio Kelana yang sedang melanjutkan perjalanan tapi gak punya uang). Setelah aku merasa nyaman. Kucoba untuk menebar sinyal pada penonton sekalian ( maksudnya penumpang, red) tentu saja dengan bagi-bagi senyum yang manis dan ramah secara gratis pada mereka. Setelah kurasa sinyal itu sudah tersambung, kumulai menyapa mereka.
“ Yaah selamat pagi para penumpang, selamat berjumpa dengan saya, pengamen jalanan yang akan menghibur anda sekalian dengan beberapa buah lagu. Lagu pertama adalah….ke Jakarta aku kembali. ( lagu Koes Plus). Selamat menikmati..”
Akupun segera menyanyikan sebuah lagu dari Koes Plus itu dengan penuh penghayatan karena memang aku dari Tanah Tinggi rencananya mau ke Jakarta.
Karena aku tidak membawa gitar dan juga tidak bisa memainkan gitar, sebagai musik untuk pengiring lagu, aku menggunakan kedua tanganku.  Aku bernyanyi sambil   bertepuk tangan, mirip  guru TK yang sedang mengajak  murid-muridnya bernyanyi. Dan  aku berusaha untuk komunikatif dengan penumpang agar mereka bisa terlarut dalam nyanyianku.
Alhamdulillah semua penonton, eh penumpang memandangiku tanpa berkedip (aku nggak melihat kalau mereka berkedip). Gak ada yang pura-pura tidur, baca Koran, atau memandang keluar jendela. Kecuali pak sopir dan kondektur. Semua memandang ke arahku dengan serius dan tampak menikmati lagu yang kunyanyikan.
Begini sayair lagunya:
“Di sana rumahku, dalam kabut biru. Hatiku sedih di hari minggu.
Di sana kasihku berdiri menunggu, di batas waktu yang tlah tertentu.
Ke Jakarta aku kan kembaliii… walaupun apa yang kan terjadi….2X
Pernah kualami hidupku sendiri. Temanku pergi dan menjauhi.
Kini kusadari ku harus mencari atau tiada pernah dikenal lagi..
Ke Jakarta aku kan kembaliii… walaupun apa yang kan terjadi….2X
Jakarta oh Jakarta, ibukota..”
Waow, penonton terkesima melihat aku menyanyi. Dari ibu-ibu yang ada di depanku, bapak-bapak yang pakai topi, sampai mbak-mbak dan mas-mas yang duduk di bagian belakang begitu antusias melihat penampilanku. Aku menyanyi dengan sepenuh hati dan separuh jiwa. Dengan penghayatan yang benar-benar menghayati. Karena tujuanku adalah memberikan tontonan yang menarik dan menghibur bukan  mengemis atau minta di kasihani.
Setelah aku menyanyikan  beberapa buah lagu , akupun mengucapkan selamat jalan dan doa untuk para penumpang sekalian agar selamat sampai tujuan dan tak lupa terima kasih untuk pak sopir dan kondektur yang telah memberinya kesempatan untuk tampil ke pentas mudah-mudahan rejekinya bertambah dan bisa ketemu anak istri di rumah.
Saat aku berkeliling menyodorkan dompet (kantong plastic), Alhamdulillah banyak juga penumpang yang memberikan dana sehingga  dompetku yang kosong kini sudah berisi lagi. Mereka tampak  puas dengan penampilanku. Bahkan beberapa penumpang di bagian belakang nawarin rokok dan minta kenalan denganku.
Waduh, kayak artis nih…?
Dan setelah itu, akupun kembali melanjutkan perjalanan.
Kemana….?
Mengikuti kata hati.

NB : sesuatu yang dilakukan dengan hati, dapatnyapun …hati.

 ( Rio Kelana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar