Wajah ndeso rejeki kota.Menarik
juga kata-kata itu. dan beruntunglah orang-orang yang seperti itu. Contohnya
pelawak terkenal Tukul Arwana dan beberapa seleb
lain yang punya wajah ndeso rejeki kota.
Nah kalau saya, terbalik dari kondisi itu. Sering kali orang
mengira saya ini orang penting, entah itu menejer, pemilik perusahaan atau orang
yang punya posisi penting , nggak tahunya saya ini ‘nggak penting’, cuma seorang kuli He..he..
Perform
saya memang pantas lho jadi orang penting, sukses dan terkenal. Kulit putih, wajah saya kata orang-orang
mirip orang cina. Padahal saya ini sebenarnya blesteran lho. Emak saya asli
orang Surabaya dan papa saya (bukan papa ding, tapi bapak) asli dari Jombang yang kerjanya menjadi tukang
becak di Surabaya.
Kembali
ke lap top….!
Walau
sosok saya pantas jadi orang hebat tapi nasib tidaklah sehebat perkiraan orang (
Tuhan belum mengizinkan). Buktinya, pekerjaan yang pernah saya alami rata-rata
pekerjaan yang kata orang rendahan misalnya tukang
sapu jalan, loper koran, tukang tambal ban, kuli pelabuhan, ngamen dan masih
banyak lagi yang lainnya. Tapi saya bersyukur apapun pekerjaan yang saya
lakukan yang penting halal tidak terlalu
membuat saya pusing dan iri melihat
orang-orang kaya yang berseliweran di sekitar saya. Walaupun tetep pengen sih
jadi orang kaya. Walau sekarang sudah kaya (hati) karena masih punya anggota
badan yang lengkap, dua tangan , dua kaki, dua mata (bukan empat mata), dua
telinga yang dirangkai oleh Allah dalam satu badan yang sehat wal afiat.
Kembali
ke lap Top.
Nah
sehubungan dengan sangka orang kepada saya yang pantasnya jadi orang penting,
saya punya pengalaman lucu saat saya bekerja sebagai buruh disebuah pabrik di Mojokerto.
Di situ saya diterima bekerja sebagai buruh kontrak dengan gaji yang minim
sekali sampai saya nggak yakin bisa memenuhi kebutuhan saya. Tapi alhamdulillah
saya mampu bertahan.
Di
sana saya bekerja sebagai buruh yang pekerjaannya sebagai tukang angkut cat.
Tugas saya sehari-hari adalah mengambil cat ke gudang yang biasa disebut mixing
dengan menggunakan gerobak dorong berisi jerigen-jerigen kosong sebagai tempat
cat yang nantinya akan dibagikan ke tiap-tiap tempat penyemprotan.
Tanggung
jawab saya adalah mengambil cat ke gudang menggunakan gerobak lalu
membagikannya ke tiap-tiap tempat penyemprotan.
Lalu mengontrol supaya cat-cat yang disemprotkan itu tidak sampai habis.
Awal
pertama bekerja tentunya tidak semua karyawan yang demikian banyak itu tahu
kalau saya ini tukang angkut cat.
Begitu saya control ke tiap-tiap tempat untuk memeriksa ketersediaan cat, ada
beberapa ibu-ibu pekerja yang sedang
bergerombol santai, begitu melihat saya
mendekat, mereka langsung panik ketakutan dan membubarkan diri untuk menuju ke
lokasi pekerjaannya masing-masing. Begitu juga di tempat lain, saya lihat
beberapa karyawan selalu memperhatikan saya dengan rasa was-was. Mereka bilang
“Awas, ada Booss…”
Tapi beberapa hari kemudian setelah mereka
tahu pekerjaan saya yang sesungguhnya, baru ibu-ibu itu tidak ketakutan lagi
kalau saya sedang mengontrol cadangan cat. Mereka malah bilang,” Mas, mas, kemarin sampean saya kira pemilik pabrik,
nggak tahunya sama seperti kita-kita juga “kata ibu itu seraya tertawa . Aku
juga nyengir.
Walau
aku sudah beberapa hari bekerja dan sebagian karyawan sudah tahu siapa aku
sebenarnya tapi tetap saja mereka sering was-was kalau melihat aku yang kata
mereka ,mirip sekali dengan pemilik perusahaan itu. Dari tinggi, putih kulit
sampai wajah dan rambutnya. Yang membedakan,
aku tidak memakai kacamata dan lebih muda dari pemilik pabrik.
Sampai
suatu ketika aku mendapat tugas mengambil air minum galonan di pos satpam depan
dengan mengunakan gerobak dorong. Beberapa karyawan tampak serius memperhatikanku.
Dan puncaknya saat aku akan menuju pos satpam,
tampak jelas di jendela pos satpam
beberapa kepala bergerombol berebut melihat aku yang sedang mendorong gerobak. Mereka
adalah dua orang satpam dan dua orang
staf kantor yang kebetulan ada di pos satpam.
Tampaknya ada sesuatu yang aneh pada diri mereka. Atau… aku yang tampak aneh..? Perasaan aku biasa-biasa
saja.
Selidik
punya selidik, ternyata aku yang sedang mendorong gerobak itu, dari jauh disangkanya
Pak H, sang pemilik pabrik. Makanya mereka kaget dan heran, ada apa nih pemilik
pabrik kok mau-maunya mendorong gerobak? Nggak biasa-biasanya dan aneh, boss
kok mendorong gerobak…?
Aku jadi tertawa, jadi selama ini aku jadi
perhatian karena sosokku mirip pak H sang pemilik pabrik? Akibatnya aku kalau
ketemu Pak H risih juga, entar disangka aku ini fotocopyannya. Padahal aku ini cuma kuli..he he..
Sejak saat itu aku merubah penampilanku agar
gak dikira, dituduh, disangka, dan didakwa sebagai pak H.
Oalah
nasib, nasib. Di kira Bos, gak tahunya kuli….!
NB : Hidup ini bagaikan mengajukan proposal.
Tuhanlah yang menentukan.
( Rio Kelana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar