Pengikut

Kamis, 01 November 2012

Boss atau Kuli...?



Wajah ndeso rejeki kota.Menarik juga kata-kata itu. dan beruntunglah orang-orang yang seperti itu. Contohnya pelawak terkenal Tukul Arwana dan beberapa seleb lain yang punya wajah ndeso rejeki kota.
  Nah kalau saya,  terbalik dari kondisi itu. Sering kali orang mengira saya ini orang penting, entah itu menejer, pemilik perusahaan atau orang yang punya posisi penting , nggak tahunya saya ini ‘nggak penting’,  cuma seorang kuli  He..he..
Perform saya memang pantas lho jadi orang penting, sukses dan terkenal.  Kulit putih, wajah saya kata orang-orang mirip orang cina. Padahal saya ini sebenarnya blesteran lho. Emak saya asli orang Surabaya dan papa saya (bukan papa ding, tapi bapak) asli dari Jombang yang kerjanya menjadi tukang becak di Surabaya.
Kembali ke lap top….!
Walau sosok saya pantas jadi orang hebat tapi nasib tidaklah sehebat perkiraan orang ( Tuhan belum mengizinkan). Buktinya, pekerjaan yang pernah saya alami rata-rata pekerjaan yang kata orang rendahan  misalnya tukang sapu jalan, loper koran, tukang tambal ban, kuli pelabuhan, ngamen dan masih banyak lagi yang lainnya. Tapi saya bersyukur apapun pekerjaan yang saya lakukan yang penting halal tidak terlalu membuat saya pusing dan iri  melihat orang-orang kaya yang berseliweran di sekitar saya. Walaupun tetep pengen sih jadi orang kaya. Walau sekarang sudah kaya (hati) karena masih punya anggota badan yang lengkap, dua tangan , dua kaki, dua mata (bukan empat mata), dua telinga yang dirangkai oleh Allah dalam satu badan yang sehat wal afiat.
Kembali ke lap Top.
Nah sehubungan dengan sangka orang kepada saya yang pantasnya jadi orang penting, saya punya pengalaman lucu saat saya bekerja sebagai buruh disebuah  pabrik di Mojokerto. Di situ saya diterima bekerja sebagai buruh kontrak dengan gaji yang minim sekali sampai saya nggak yakin bisa memenuhi kebutuhan saya. Tapi alhamdulillah saya mampu bertahan.
Di sana saya bekerja sebagai buruh yang pekerjaannya sebagai tukang angkut cat. Tugas saya sehari-hari adalah mengambil cat ke gudang yang biasa disebut mixing dengan menggunakan gerobak dorong berisi jerigen-jerigen kosong sebagai tempat cat yang nantinya akan dibagikan ke tiap-tiap tempat penyemprotan.  
Tanggung jawab saya adalah mengambil cat ke gudang menggunakan gerobak lalu membagikannya ke tiap-tiap tempat penyemprotan.  Lalu mengontrol supaya cat-cat yang disemprotkan itu tidak sampai habis.
Awal pertama bekerja tentunya tidak semua karyawan yang demikian banyak itu tahu kalau saya ini tukang angkut cat. Begitu saya control ke tiap-tiap tempat untuk memeriksa ketersediaan cat, ada beberapa ibu-ibu pekerja  yang sedang bergerombol santai,  begitu melihat saya mendekat, mereka langsung panik ketakutan dan membubarkan diri untuk menuju ke lokasi pekerjaannya masing-masing. Begitu juga di tempat lain, saya lihat beberapa karyawan selalu memperhatikan saya dengan rasa was-was. Mereka bilang “Awas, ada Booss…”
  Tapi beberapa hari kemudian setelah mereka tahu pekerjaan saya yang sesungguhnya, baru ibu-ibu itu tidak ketakutan lagi kalau saya sedang mengontrol cadangan cat. Mereka malah bilang,” Mas, mas,  kemarin sampean saya kira pemilik pabrik, nggak tahunya sama seperti kita-kita juga “kata ibu itu seraya tertawa . Aku juga nyengir. 
Walau aku sudah beberapa hari bekerja dan sebagian karyawan sudah tahu siapa aku sebenarnya tapi tetap saja mereka sering was-was kalau melihat aku yang kata mereka ,mirip sekali dengan pemilik perusahaan itu. Dari tinggi, putih kulit sampai wajah dan rambutnya. Yang membedakan,  aku tidak memakai kacamata dan lebih muda dari pemilik pabrik.
Sampai suatu ketika aku mendapat tugas mengambil air minum galonan di pos satpam depan dengan mengunakan gerobak dorong. Beberapa karyawan tampak serius memperhatikanku.
 Dan puncaknya saat aku akan menuju pos satpam, tampak jelas di jendela pos  satpam beberapa kepala bergerombol berebut melihat aku yang sedang mendorong gerobak. Mereka adalah dua orang  satpam dan dua orang staf kantor yang kebetulan ada di pos satpam.  Tampaknya ada sesuatu yang aneh pada diri mereka. Atau… aku  yang tampak aneh..? Perasaan aku biasa-biasa saja.
Selidik punya selidik, ternyata aku yang sedang mendorong gerobak itu, dari jauh disangkanya Pak H, sang pemilik pabrik. Makanya mereka kaget dan heran, ada apa nih pemilik pabrik kok mau-maunya mendorong gerobak? Nggak biasa-biasanya dan aneh, boss kok mendorong gerobak…?
 Aku jadi tertawa, jadi selama ini aku jadi perhatian karena sosokku mirip pak H sang pemilik pabrik? Akibatnya aku kalau ketemu Pak H risih juga, entar disangka aku ini fotocopyannya.  Padahal aku ini cuma kuli..he he..
 Sejak saat itu aku merubah penampilanku agar gak dikira, dituduh, disangka, dan didakwa sebagai pak H.
Oalah nasib, nasib. Di kira Bos, gak tahunya kuli….!

NB : Hidup ini bagaikan mengajukan proposal. Tuhanlah yang menentukan.

( Rio Kelana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar